17fireflies: Mei 2014

Dijalan setapak

Sepanjang perjalanan..
Satu persatu mati diatas derita dan bahagia
Perlahan menghilang dikala malam
Suara takdir tergambar akan indahnya bintang

Penjelajah masa akan slalu bercerita
Tentang bagaimana si tua renta bertahan melawan derita
Seakan mati padahal tak ada bahaya
Perlahan datang padahal menghilang

Di keheningan.. malam berkata padaku
Untuk tunduk aku dalam takdir semu
Entah mati atau menunggu
Yang jelas aku hidup untuk diriku
Bukan untuk dia apalagi kamu
Melainkan untuk kami didiriku

Untuk penjaga bunga

Agar saja kamu tau
Terlalu baik...
Setangkai bunga yang hanya didiamkan..
Jagalah itu..
Rawatlah itu..
Simpan itu meski layu..

Aku tak pandai merawat
Aku hanya pandai memangdang indahnya
Dari sekarang aku berharap

JAGALAH ITU AGAR AKU JUGA DAPAT MEMANDANG INDAHNYA..
PERCAYALAH ITU SANGAT LAH INDAH..
MESKI KAU YANG MEMILIKI AKU YANG MELIHATNYA..

Lepas dan ikhlas

Melupakan itu bagian yang sulit
Mengikhlaskan lebih dari itu.
Tak demikian diri ini bertahan
Bukan cuma sebatas bertahan
Tapi melawan dari apa yang diikhlaskan
Bahkan beberapa bagian yang perlu dilupakan

Aku memang tak ada baiknya
Begitu juga kamu yang tak sama sekali baik untukku saat ini
Tapi bagai seteguk air surga
Yang tak baik tapi membahagiakan

Bukan berarti aku yang tegar ini,
Dapat begitu saja menerima hal yang tak sama
Selama ini aku memang bukan pejantan berguna
Yang hanya dibalakangmu
Tak lebih jauh dari jarak pandangmu

Hanya kalimat indah yang teringat
Hanya canda menyedihkan yang terbayang
Tak indah sama sekali..
Benar-benar kenangan yang buruk
Untuk ku belajar melepas dan mengikhlaskan..